• TOKOH MARXISME TUA DAN MUDA

    BAB I
    PENDAHULUAN


    Revolusi industry di Eropa pada abad-19, menciptakan kesenjangan social di masyarakat. Kesenjangan ini terjadi antara kaum borjuis ( pemilik modal ) dengan kaum proletat. Kondisi-kondisi dan kemungkinan-kemungkinan teknis sudah berkembang dan merubah proses produksi industrial, tetapi struktur organisasi proses produksi dan struktur masyarakat masih bertahan pada tingkat lama yang ditentukan oleh kepentingan-kepentingan kelas atas. Jadi, banyak orang yang dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya sedikit yang mengemudikan proses produksi dan mendapat keuntungan. Karena maksud kerja manusia yang sebenarnya adalah menguasai alam sendiri dan merealisasikan cita-cita dirinya sendiri, sehingga terjadi keterasingan manusia dari harkatnya dan dari buah/hasil kerjanya. Karena keterasingan manusia dari hasil kerjanya terjadi dalam jumlah besar (kerja massa) dan global, pemecahannya harus juga bersifat kolektif dan global.
    Dengan keadaan seperti itu, membuat beberapa tokoh seperti Karl Marx dan Jurgen Habermas melakukan pemikiran untuk merubah keadaan tersebut.
    Teori Marxist dikemukakan oleh Karl Marx (1818-1883). Idea dasar daripada teori ini adalah penentangan terhadap adanya sistem hirarki kelas, karena ianya adalah penyebab yang paling utama didalam sosial problem dan ianya mesti diakhiri oleh revolusi proletariat (buruh). Dengan lain perkataan, boleh dijelaskan bahawa Marx mencoba mencari kesamarataan, yaitu kesamarataan antara kaum borjuis (golongan ekonomi kelas atas) dengan kaum buruh / pekerja (golongan ekonomi kelas rendah). Marx menganggap selama ini golongan pekerja atau kaum buruh telah ditindas oleh kaum elit, sehingga perlu diadakan sebuah evolusi secara drastis.
    Walaupun teori kritikal telah berkembang setelah kemunculan Marx, kebanyakan daripada asasnya adalah tetap berdasarkan Marxist. Malahan, salah satu dari intelektual yang terpenting dalam kurun ke 20 adalah teori sosial yang berasaskan Marxist. Ide ini berasal dari Karl Marx dan Friedrich Engels, pergerakan ini mengandungi beberapa teori yang saling berhubungan untuk mengatasi arahan masyarakat yang dominan. kesemua cabang sains sosial termasuk komunikasi telah dipengaruhi oleh aliran pemikiran ini. Marx berpendapat bahawa makna sesuatu produk dalam masyarakat menunjukkan sifat semula jadi masyarakat tersebut. Ini merupakan asas ide Marxism, asas megastruktur perhubungan. Ekonomi merupakan asas bagi semua struktur sosial. Dalam sistem kapitalis, keuntungan dapat memacu pengeluaran dan akhirnya mendominasikan para pekerja. (Stephen W. Littlejohn 2002).
    Neo-Marxism adalah sebuah aliran yang berkembang di abad ke 20 yang mengingatkan kepada awal tulisan Marx sebelum dipengaruhi oleh Engels. Aliran ini memusat pada idealisme dialektika dibanding fahaman materialisme dialektika yang menolak determinisme ekonomi awal Marx. Fahaman Neomarxist tidak mengamalkan perubahan secara evolusi. Menurut teori ini, transformasi boleh berlaku secara perlahan.
    Fahaman neomarxist memusatkan pada suatu revolusi psikologis bukan fizik, yang bermakna bahawa perubahan idea yang datang dari jiwa seseorang lebih penting daripada perubahan secara fisik.
    Neo Marxisme adalah aliran pemikiran Marx yang menolak penyempitan dan reduksi ajaran Karl Marx oleh Engels. Ajaran Marx yang dicoba diinterpretasikan oleh Engels ini adalah bentuk interpretasi yang kemudiannya dikenali sebagai “Marxisme” rasmi. Marxisme Engels ini adalah versi interpretasi yang digunakan oleh Lenin. Interpretasi Lenin nanti pada akhirnya berkembang menjadi Marxisme-Leninisme (atau yang lebih dikenal dengan Komunisme). Beberapa tokoh neomarxisme pada akhirnya menolak marxisme-leninisme. Mereka menolak interpretasi Engels dan Lenin karena interpretasi tersebut adalah interpretasi ajaran Marx yang menghilangkan dimensi dialektika ala Karl Marx yang dipercaya sebagai salah satu bagian inti dari pemikiran Karl Marx. Tokoh neomarxisme adalah Georg Lukacs dan Karl Korsch, Ernst Bloch, Leszek Kolakowski dan Adam Schaff.


    BAB II
    TOKOH-TOKOH MARXISME
    Karl Heinrich Marx
    (Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – London, 14 Maret 1883)


    1. Riwayat Hidup
    Karl Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia, (sekarang di Jerman). Ayahnya bernama Herschel, keturunan para rabi, meskipun cenderung seorang deis, yang kemudian meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang relatif liberal, untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich. Keluarga Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa awal Karl. Marx menjalani sekolah di rumah sampai ia berumur 13 tahun. Setelah lulus dari Gymnasium Trier, Marx melanjutkan pendidikan nya di Universitas Bonn jurusan hukum pada tahun 1835.
    Marx tertarik untuk belajar kesustraan dan filosofi, namun ayahnya tidak menyetujuinya karena ia tak percaya bahwa anaknya akan berhasil memotivasi dirinya sendiri untuk mendapatkan gelar sarjana. Pada tahun berikutnya, ayahnya memaksa Karl Marx untuk pindah ke universitas yang lebih baik, yaitu Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin. Pada saat itulah ia mengenal filsafat atheis yang dianut kelompok Hegelian-kiri.


    Marx mendapat gelar Doktor pada tahun 1841 dengan tesis nya yang berjudul ‘The Difference Between the Democritean and Epicurean Philosophy of Nature’ namun, ia harus menyerahkan disertasi nya ke Universitas Jena karena Marx menyadari bahwa status nya sebagai Young Hegelian radikal akan diterima dengan kesan buruk di Berlin.
    Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakan nya di kalimat pembuka pada buku ‘Communist Manifesto’ (1848) :
    ” Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas.”
    Marx percaya bahwa kapitalisme yang ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat(kaum paling bawah di negara Romawi).
    Marx merupakan kaum terpelajar dan politikus. Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme. Di lain tangan, Marx menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas kerja internasional.
    Dalam hidupnya,Marx terkenal sebagai orang yang sukar dimengerti, ide-ide nya mulai menunjukkan pengaruh yang besar dalam perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal.


    2. Pemikiran Marx
    Pemikiran Marx tentang ide-ide sosialis, perjuangan masyarakat kelas bawah, terutama disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yang berbasis kapitalis. Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh dengan jam kerja yang sangat panjang setiap hari , yang sifatnya paten dan dengan upah yang sangat minim. Upah yang sangat minim yang diperoleh para buruh, bahkan hanya cukup membiayai makan sehari. Marx melihat kelas sosial yang tercipta berdasarkan hubungan kerja yang terbangun antara para pemilik modal dan buruh sangat bertentangan dengan prinsip keadilan. Kelas sosial paling bawah yang terdiri atas kelompok buruh dan budak, sering diistilahkan dengan kaum ploretar. Adanya kelas sosial yang menciptakan hubungan yang tidak seimbang tersebut, membawanya pada pemikiran ekstrem, penghapusan kelas sosial.
    Konsep Marx tentang lahirnya masyarakat tanpa kelas dinilai utopis. Hal ini terutama dihadapkan pada dimensi kodrati manusia yang lahir dengan kekhasan dan keberagaman dalam segala hal, termasuk dalam tinjauan kelas-kelas sosial. Namun, preperensi tersebut justru menjadi inspirasi bagi manusia untuk memaknai hidupnya sebagai sebuah perjuangan, perjuangan untuk memperbaiki nasib, untuk hidup yang lebih baik. Permasalahan tidak berhenti pada adanya kelas sosial ansich, akan tetapi ide Marx yang humanis ingin menggugah kesadaran manusia tentang kehidupannya, tidak menyerah kepada nasib dan dogma agama sekalipun.


    Mengembalikan kesadaran manusia untuk memaknai hidupnya adalah inti dari pemikiran Marx. Sistem kapitalisme telah membawa alam kesadaran para buruh pada kondisi keterasingan (alienasi). Menurut Marx ada empat aspek utama yang membuat kita teralienasikan dari kerja kita di bawah kapitalisme, yakni: alienasi dari produk, dari aktivitas produksi, dari esensi-spesies kita, dan dari orang lain. Pertama, alienasi dari produk terlihat dari pola pekerja yang memproduksi sebuah objek namun tidak berkuasa untuk menggunakan atau memiliki obyek tersebut. Kedua, alienasi dari aktivitas produksi. Menurut Marx, pembagian kerja kapitalis yang secara tipikal telah membawa pekerja pada degradasi keahlian (deskilling), setiap individu direduksi hanya pada satu tugas yang repetitif dan tidak perlu memakai otak, mereka tidak beda dengan mesin, diprogram untuk membuat gerakan yang sama berulang-ulang. Ketiga, alienasi dari esensi-spesies. Marx berpendapat bahwa di bawah kapitalisme, mayoritas perkerja tidak dapat menikmati ciri-ciri khas manusiawinya. Mereka berproduksi setengah hari mempertaruhkan seluruh kemampuan didorong untuk dan dari bekerja. Bagi Marx para pekerja baru merasa menjadi manusia ketika mereka tidak bekerja. Keempat, bekerja dengan jam kerja yang panjang, para buruh sangat susah memperoleh waktu untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan terkadang waktu untuk keluarga pun tereduksi oleh pekerjaan. Bahkan menurut Marx, kita hanya menganggap diri kita hanyalah orang yang pergi bekerja untuk mendapatkan uang, kemudian pergi ke toko dan menghabiskannya, pada titik ekstrem mengarahkan kita menjadi masyarakat konsumtif.
    Dialektika pemikiran Marx dalam menggugat kapitalisme, tidak hanya berhenti pada konsep kerja dan alienasi, dua postulat utama yakni determinisme ekonomi dan mekanisme perubahan dicatat oleh Garna (1992:43-44):
    Marx mengemukakan dua postulat yang utama, pertama, determinisme ekonomi, yang menyatakan faktor ekonomi adalah penentu fundamental bagi struktur dan perubahan masyarakat. Bentuk-bentuk produksi yang bersifat teknologis menentukan organisasi sosial suatu produksi, yaitu relasi-relasi yang mengakibatkan pekerja memproduksikan hasil dengan lebih efektif … kedua, menyentuh mekanisme perubahan (change), yang menurut pandangan Marx, perubahan sosial itu harus dipahami dalam arti tiga fase atau tahap yang selalu tampak. Tiga tahapan tersebut merupakan skema dialektik, yang idenya dipinjam dari seorang filsuf Jerman, George Hegel (1770-1831). (1) tesis (affirmation); (2) antitesis (negation), dan (3) sintesis (reconciliation of oppsites).
    Ketimpangan hubungan ekonomi (determinisme ekonomi) bagi Marx telah menjadi faktor penting dalam menata sturktur dan perubahan masyarakat. Tambahan mengenai mekanisme perubahan meliputi tiga fase (tesis, antitesis, dan sintesis) yang ia kutip dari Hegel, semakin menguatkan gagasannya mewujudkan masyarakat tanpa kelas, sebagai sebuah sintesis antara sistem feodal dan kapitalisme.
    Marx dan Semangat Revolusi; Perjuangan Dimulai dari Kesadaran
    Revolusi adalah sebuah kosakata yang tidak pernah luput untuk disandingkan dengan semua diskursus yang membicarakan Marx. Revolusi yang dimungkinkan untuk terus mengalami penyempurnaan sesuai dengan zamannya. Meskipun Marx tidak pernah memberikan satu defenisi yang ringkas mengenai konsepsinya tentang revolusi. Marx hanya menunjukkan esensi di balik revolusi itu: perubahan dalam pola produksi umat manusia, yang pada gilirannya membawa perubahan pada pola tindak, dan tatanan masyarakat secara keseluruhan .
    Visi Marx untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas merupakan gambaran praksis dari ide dasar materialisme sosialisnya. Sistem feodal yang tergantikan oleh sistem kapitalis telah membawa perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial. Marx yakin suatu saat, kapitalisme akan menemui kehancuran dan melahirkan sintesis , komunis sebagai ideologi kekuatan baru, masyarakat tanpa kelas.


    MAO ZEDONG
    (……-1976)


    1. Riwayat Hidup
    Lahir di sebuah keluarga petani miskin, sejak kecil Mao harus bekerja keras dan hidup prihatin. Meskipun di kemudian hari keadaan ekonomi keluarganya meningkat, tetapi kesengsaraan di masa kecil itu banyak mempengaruhi kehidupannya kelak. Ketika kecil, Mao dikirim untuk belajar di sekolah dasar. Pendidikannya sewaktu kecil juga mencakup ajaran-ajaran klasik Konfusianisme.
    Pada tahun 1905, ia mengikuti ujian negara yang pada saat itu mulai menghapus paham-paham konfusianisme lama; digantikan oleh pendidikan gaya Barat. Hal ini menandakan permulaan ketidakpastian intelektual di Cina.
    Pada tahun 1911, Mao terlibat dalam Revolusi Xinhai yang merupakan revolusi melawan Dinasti Qing yang berakibat kepada runtuhnya kekaisaran Cina yang sudah berkuasa lebih 2000 tahun sejak tahun 221 SM. Pada tahun 1918 ia lulus dan lalu kuliah di Universitas Beijing. Di sana ia akan berjumpa dengan para pendiri PKT yang berhaluan Marxis.
    Mao mendirikan partai pada tahun 1921 dan Mao semakin hari semakin vokal. Antara tahun 1934 – 1935 ia memegang peran utama dan memimpin Tentara Merah Cina menjalani “Mars Panjang”. Lalu semenjak tahun 1937 ia ikut menolong memerangi Tentara Dai Nippon yang menduduki banyak wilayah Cina. Dalam perang yang melawan kaum nasionalis , Mao menjadi pemimpin kaum Merah dan akhirnya ia menangkan pada tahun 1949. Pada tanggal 1 Oktober tahun 1949, Republik Rakyat Cina diproklamasikan dan pemimpin Cina nasionalis; Chiang Kai Shek melarikan diri ke Taiwan.
    Dalam PKT Mao sendiri sejak tahun 1943 adalah ketua sekretariat partai dan Politbiro tetapi sebenarnya ia mengontrol seluruh partai sampai ia mati pada tahun 1976. Kepemimpinan mungkin tidak kejam secara vulgar seperti Stalin tetapi kekerasan kebijakannya dan kelakuannya yang semau dirinya sendiri membawa rakyat Cina terpuruk ke dalam kehancuran dan kesengsaraan yang luar biasa.


    2. Pemikiran Mao Zedong
    Mao banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktek. Konsep falsafi Mao yang terpenting adalah konflik. Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir”. Mao jadi berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya dengan konsep falsafi yin-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma kepercayaan. Di bawah ini disajikan sebuah cuplikan tentang pemikirannya tentang konflik.
    Konsep Mao kedua yang penting adalah konsepnya mengenai pengetahuan yang juga ia ambil dari paham Marxisme. Mao berpendapat bahwa pengetahuan merupakan lanjutan dari pengalaman di alam fisik dan bahwa pengalaman itu sama dengan keterlibatan.
    Mao membedakan dua jenis konflik; konflik antagonis dan konflik non-antagonis. Konflik antagonis menurutnya hanya bisa dipecahkan dengan sebuah pertempuran saja sedangkan konflik non-antagonis bisa dipecahkan dengan sebuah diskusi. Menurut Mao konflik antara para buruh dan pekerja dengan kaum kapitalis adalah sebuah konflik antagonis sedangkan konflik antara rakyat Cina dengan Partai adalah sebuah konflik non-antagonis.
    Pada tahun 1956 Mao memperkenalkan sebuah kebijakan politik baru di mana kaum intelektual boleh mengeluarkan pendapat mereka sebagai kompromis terhadap Partai yang menekannya karena ingin menghindari penindasan kejam disertai dengan motto: “Biarkan seratus bunga berkembang dan seratus pikiran yang berbeda-beda bersaing.” Tetapi ironisnya kebijakan politik ini gagal: kaum intelektual merasa tidak puas dan banyak mengeluarkan kritik. Mao sendiri berpendapat bahwa ia telah dikhianati oleh mereka dan ia membalas dendam. Sekitar 700.000 anggota kaum intelektual ditangkapinya dan disuruh bekerja paksa di daerah pedesaan.


    Mao percaya akan sebuah revolusi yang kekal sifatnya. Ia juga percaya bahwa setiap revolusi pasti menghasilkan kaum kontra-revolusioner. Oleh karena itu secara teratur ia memberantas dan menangkapi apa yang ia anggap lawan-lawan politiknya dan para pengkhianat atau kaum kontra-revolusioner.


    BAB III
    TOKOH-TOKOH NEOMARXISME
    JURGEN HABERMAS
    (1929 - Sekarang )


    1. Riwayat Hidup
    Lahir di Düsseldorf, Nordrhein-Westfalen, pada tahun 1929, untuk kelas menengah dan bukan keluarga tradisional, Habermas beranjak dewasa di Jerman pasca perang. Dalam awal remaja, selama Perang Dunia II, Habermas ini sangat dipengaruhi oleh perang.
    Sampai lulus dari gimnasium, Habermas tinggal di Gummersbach, dekat Cologne. Ayahnya, Ernst Habermas, adalah direktur eksekutif Kamar Cologne Perindustrian dan Perdagangan, dan digambarkan oleh Habermas sebagai simpatisan Nazi. Ia dibesarkan di lingkungan Protestan yang kukuh, kakeknya menjadi direktur seminari di Gummersbach. Ia belajar di universitas Göttingen (1949/50), Zurich (1950/51), dan Bonn (1951-54) dan meraih gelar doktor dalam filsafat dari Bonn pada tahun 1954 dengan disertasi ditulis pada konflik antara mutlak dan sejarah dalam pikiran Schelling, berjudul, Von der Zwiespältigkeit di Schellings Denken ( "mutlak dan sejarah: pada kontradiksi dalam Schelling berpikir"). Komite disertasinya termasuk Erich Rothacker dan Oskar Becker.
    Dari tahun 1956, ia belajar filsafat dan sosiologi di bawah teoretisi kritis Max Horkheimer dan Theodor Adorno di Johann Wolfgang Goethe University Frankfurt am Main Institut Penelitian Sosial, tapi karena keretakan antara kedua atas disertasi-Horkheimer telah membuat tuntutan tidak dapat diterima untuk revisi-serta keyakinan sendiri bahwa Mazhab Frankfurt telah menjadi lumpuh dengan skeptisisme politik dan kebencian terhadap budaya modern-ia menyelesaikan habilitasi dalam ilmu politik di Universitas Marburg di bawah Marxis Wolfgang Abendroth.


    Pada 1961, ia menjadi Privatdozent di Marburg, dan-dalam suatu langkah yang sangat tidak biasa untuk adegan akademis Jerman pada waktu itu, ia ditawari posisi "profesor luar biasa" (profesor tanpa kursi) filsafat di Universitas Heidelberg (di atas dorongan Hans-Georg Gadamer dan Karl Löwith) pada tahun 1962, yang diterima.
    Pada tahun 1964, sangat didukung oleh Adorno, Habermas kembali ke Frankfurt untuk mengambil alih kursi Horkheimer dalam filsafat dan sosiologi. Ia menerima posisi Direktur Institut Max Planck di Starnberg (dekat München) pada tahun 1971, dan bekerja di sana sampai 1983, dua tahun setelah penerbitan magnum opus, The Theory of Communicative Action. Pada 1986, ia menerima Penghargaan Gottfried Wilhelm Leibniz dari Deutsche Forschungsgemeinschaft, yang merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan dalam riset Jerman. Dia juga memegang seperti biasanya postmodern posisi "Tetap Mengunjungi" Profesor di Northwestern University di Evanston, Illinois, dan "Theodor Heuss Profesor" di The New School, New York.
    Habermas dianugerahi The Prince of Asturias Award dalam Ilmu Sosial 2003 Habermas juga pada tahun 2004 Kyoto Nobel dalam Seni dan Filosofi bagian. Ia menerima tahun 2005 Holberg International Memorial Prize (sekitar € 520,000).


    2. Pemikiran Habermas
    Jürgen Habermas memberikan kontribusi besar untuk pengembangan konsep dan teori komunikatif alasan atau rasionalitas komunikatif, yang membedakan diri dari tradisi rasionalis dengan menempatkan rasionalitas dalam struktur linguistik interpersonal komunikasi bukan dalam struktur baik kosmos atau mengetahui subyek.. Ini teori sosial memajukan tujuan emansipasi manusia, sambil menjaga inklusif universal moral kerangka. Kerangka ini didasarkan pada argumen yang disebut pragmatik universal - bahwa semua tindak wicara memiliki melekat telos (dalam bahasa Yunani kata untuk "end") - tujuan dari saling pengertian, dan bahwa manusia memiliki kompetensi komunikasi untuk membawa pemahaman seperti itu.
    Habermas bekerja bergema dalam tradisi Kant dan Pencerahan dan sosialisme demokratis melalui penekanan pada potensi untuk mengubah dunia dan sampai pada yang lebih manusiawi, adil, dan egaliter masyarakat melalui perwujudan potensi manusia untuk alasan, sebagian melalui wacana etika. While Meskipun Habermas telah menyatakan bahwa Pencerahan adalah sebuah "proyek yang belum selesai," ia berpendapat hal itu harus diperbaiki dan dilengkapi, tidak dibuangDalam hal ini ia menjauhkan diri dari Mazhab Frankfurt, mengkritik itu, juga banyak postmodernis berpikir, untuk pesimisme berlebihan, salah arah radikalisme dan membesar-besarkan.
    Dalam sosiologi, Habermas sumbangan utama pembangunan yang komprehensif teori evolusi sosial dan modernisasi fokus pada perbedaan antara rasionalitas komunikatif dan rasionalisasi di satu sisi dan strategis / instrumental rasionalitas dan rasionalisasi di pihak lain.


    Habermas Habermas berpendapat bahwa kompetensi komunikasi telah dikembangkan melalui perjalanan evolusi, tetapi dalam masyarakat kontemporer ini sering ditekan atau dilemahkan dengan cara di mana wilayah utama kehidupan sosial, seperti pasar, maka negara, dan organisasi, telah diberikan kepada atau diambil alih oleh strategis / instrumental rasionalitas, sehingga sistem logika menggantikan yang dari dunia kehidupan.
    Habermas berpendapat bahwa sebelum abad ke-18, budaya Eropa telah didominasi oleh suatu "representasi" budaya, dimana satu pihak berusaha untuk "mewakili" dirinya karena penonton sangat besar warganya. Louis XIV 's Istana Versailles ini dimaksudkan untuk menunjukkan kebesaran negara Prancis dan Raja oleh kuat indra pengunjung ke Istana. Habermas mengidentifikasi "representasi" budaya sebagai feodal yang sesuai dengan tahap perkembangan menurut teori Marx, mengatakan bahwa kedatangan kapitalis tahap perkembangan menandai penampilan Öffentlichkeit (ranah publik). Dalam budaya yang ditandai dengan Öffentlichkeit, terjadi sebuah ruang publik di luar kontrol oleh negara, di mana individu-individu saling bertukar pengalaman dan pengetahuan. Dalam pandangan Habermas , pertumbuhan surat kabar, jurnal, membaca klub, loge Masonik, dan kopi-rumah di Eropa abad ke-18, semua dengan cara yang berbeda, yang ditandai penggantian secara bertahap "representasi" budaya dengan budaya Öffentlichkeit. Habermas berpendapat bahwa karakteristik penting dari budaya Öffentlichkeit yang "kritis" alam. Berbeda dengan "representasi" budaya di mana hanya satu pihak yang aktif dan pasif lainnya, maka kebudayaan Öffentlichkeit ditandai dengan dialog sebagai individu baik bertemu dalam percakapan, atau saling bertukar pengalaman melalui media cetak. Habermas berpendapat bahwa sebagai Britania adalah negara yang paling liberal di Eropa, budaya lingkup publik muncul di sana lebih dulu sekitar 1700, dan pertumbuhan budaya Öffentlichkeit terjadi selama sebagian besar abad ke-18 di Benua Eropa. Dalam pandangannya, pada Revolusi Perancis itu sebagian besar disebabkan oleh runtuhnya "representasi" budaya, dan penggantinya oleh Öffentlichkeit budaya. Meskipun Habermas 'perhatian utama dalam The Structural Transformation of Public Sphere adalah untuk mengungkapkan apa yang ia dianggap sebagai sifat menipu lembaga-lembaga bebas di Barat.
    Menurut Habermas, berbagai faktor akhirnya mengakibatkan pembusukan lingkup publik, termasuk pertumbuhan komersial media massa, yang mengubah publik yang penting menjadi konsumen pasif publik dan negara kesejahteraan, yang menyatukan negara dengan masyarakat sehingga sepenuhnya bahwa ranah publik habis.


    KARL KORSCH
    ( 1886 - 1961)


    1. Riwayat Hidup


    15 Agustus 1886
    Karl Korsch dilahirkan di Tostedt, dekat Hamburg. Korsch berasal dari keluarga kelas menengah pejabat sebuah Bank.


    Tahun 1911
    Korsch memperoleh gelar doktornya di bidang Ilmu Hukum dari Jena. Setelah korsch belajar filsafat, ekonomi dan hukum di beberapa universitas (Munich, Berlin, Geneva dan Jena).


    Tahun 1912
    Korsch melanjutkan studinya di Inggris dan bergabung dengan “Serikat Fabian”. Pengalamannya di serikat itu tetap mewarnai pandangannya tentang “Sosialisme” . Pada waktu itu, korsch juga menikah dengan Hedda Gagliardi yang terus menemaninya selama melanjutkan karya teoritisnya.


    Tahun 1917
    Korsch aktif dalam politik “Sayap Kiri” Jerman sampai dengan tahun 1933..


    Tahun 1923
    Korsch sebentar menjabat Menteri Kehakiman dalam Pemerintah Koalisi Kiri di Thuringen dengan tugas partai untuk mempersiapkan revolusi. Korsch diangkat sebagai guru besar di Universitas Jena. Menjadi wakil KPD (Partai Komunis Jerman) dalam parlemen nasional Jerman sampai dengan tahun 1928.


    Tahun 1924
    Korsch menjadi kepala redaksi majalah Internationale. Saat itulah korsch menulis beberapa buku seperti Marxism and Philosophy, sehingga korsch dianggap “sayap kiri”, “”revisionis”’ dan “idealis”.


    Tahun 1926
    Korsch dicap oleh Stalin sebagai pemikir ”ekstrem kiri” yang berharap sebuah revolusi baru di Uni Sovyet yang dianggapnya sudah kembali ke kapitalisme.


    Tahun 1929
    Korsch mempublikasikan sebuah serangan tajam terhadap Kautsky yang baru saja menerbitkan karya besarnya, Materkorschlistic Conception of History.


    Tahun 1930
    korsch menerbitkan kembali bukunya yang berjudul Marxism and Philosophy yang ditambah dengan komentar panjang


    Tahun 1933
    Pada malam kebakaran Reichstag (gedung parlemen Jerman di Berlin), korsch melarikan diri ke Inggris kemudkorschn ke Denmark, dimana korsch tinggal beberapa lama di rumah Bert Brecht.


    Tahun 1936
    Korsch pindah ke Amerika Serikat dan bekerja pada Institute for Sockorschl Research di New York


    21 Oktober 1961
    Korsch meninggal dunkorsch di New York.


    2. Pemikiran Karl Korch
    Korsch mengacu kepada yang humanis atau pemikiran bagaimana memperjuangkan martabat manusia. Karena itu sedikit banyak berbicara mengenai hak-hak manusia yang dalam sistim kapitalisme dieksploitir. Marx dalam hal ini memperjuangkan sistem yang mengeksploitir kaum buruh oleh kaum kapitalis. Munculnya alienasi ekonomi, sosial, dan agama merupakan bentuk dari eksploitasi tersebut.
    Marxisme Vulger yang berkembang pada saat itu tidak lagi merujukkan pemikirannya pada dialektika Hegel. Marxisme dipahami sebagai metode yang datang dari luar. Padahal, menurut Korsch dialektika dipahami secara salah apabila dianggap sekadar metode yang datang dari luar dan diterapkan kepada masyarakat. Dialektika adalah gerak realitas, gerak saling dorong mendorong antara praktis dalam kenyataan dan teori dalam filsafat. Marxisme bukan menggantikan sesuatu seperti ilmu lama atau ajaran lama dengan yang baru. Marxisme, mengejar tujuan ”kritik” bagi semua ilmu dan ajaran dari sudut pandang proletariat. Kritik menyeluruh itu sendiri merupakan dialektik.
    Korsch berpikiran jika marxisme diartikan sebagai teori kontemplatif-objektif, maka itu adalah fatal, karena mengebiri makna revolusionernya. Marxisme merupakan teori revolusioner, karena merupakan bagian hakiki dalam pelaksanaan praktis revolusi. Teori materialisme historis merupakan ungkapan teoritis semangat revolusioner praktis proletariat. Artinya, teori selalu harus dipahami dalam satu kesatuan dengan praxis (realitas/realisme harus selalu dikaitkan dengan konteks/sejarah) .
    Korsch menyatakan, untuk memahami persatuan teori & praxis kita harus kembali ke filsafat Hegel. Kata Hegel, filsafat selalu terkait dengan apa yang terjadi dalam sejarah. Filsafat tidak bebas terhadap apa yang terjadi di dalam masyarakat, meskipun bukan cerminan masyarakat itu, melainkan merupakan unsur yang ada di dalamnya yang saling mendorong dan mempengaruhi secara dialektik.
    Marxisme Vulger membagi realitas dalam tiga lapisan, yaitu Bidang Perekonomian, Kenyataan Hukum dan Negara yang diselubungi secara idologis, dan ideologi murni (teoritis-filosofis) yang sama sekali tanpa objek dan tanpa realitas. Menurut Korsch pandangan itu salah, karena tidak mampu memahami keseluruhan realitas yang ada sebagai totalitas. Atau bagian baru dipahami apabila dikaitkan dengan keseluruhan dan sebaliknya ; memahami segala sesuatu berdasarkan konteksnya. Marxisme, tidak memiliki kebenaran objektif lepas dari situasi historis yang melahirkannya. Marxisme bukanlah filsafat atau sosiologi atau teori sejarah objektif yang bisa dibandingkan dengan teori evolusi, melainkan ia sebagai kesatuan inklusif teori revolusi sosial.


    BAB IV
    KESIMPULAN


    Revolusi industry di Eropa pada abad – 19, memberikan hasil positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pekerjaan yang dahulu di kerjakan oleh tangan manusia, setelah revolusi industry semuua dapat dikerjakan oleh mesin.
    Namun revolusi tersebut juga memberikan dampak negative dengan terjadinya perubahan social. Mereka kalangan yang memiliki modal mem-PHK banyak pekerja mereka. Karena semua pekerjaan sudah dilakukan menggunakan mesin.
    Perubahan memang tidak bisa di hindari, tetapi agar perubahan itu tidak terlalu minimbulkan banyak dampak negative perlu di lakukan control terhadap perubahan itu dan di atur agar tidak merugikan salah satu pihak.


    DAFTAR PUSTAKA


    http://kolom-biografi.blogspot.com
    Kang Faturin’s Cyber
    Catatan-catatan untuk pengantar diskusi tentang tema "Marxisme - Komunisme" Markus Hildebrandt Rambe, M.Th. - Dosen STT Intim Makassar
    indoskripsi.com 2009
    Kritik Ideologi ala Marxisme By ichwann

0 komentar:

Posting Komentar